Menulis itu sulit ?
Stop Paksa Siswa Menulis, Awali dengan Literasi Visual Gambar Rumpang

Menulis bukanlah sesuatu yang mudah untuk siswa. Salah satu penyebabnya siswa kesulitan memilih tema yang tepat untuk dijadikan tulisan. Mereka juga memiliki keterbatasan kosa kata dalam pengembangan kalimat menjadi paragraf. Untuk mengatasinya, media literasi visual gambar rumpang sebagai solusi mengatasi kesulitan siswa dalam menulis.
Literasi visual adalah kemampuan menginterpretasi dan memberi makna dari sebuah informasi yang berbentuk gambar atau visual. Literasi visual yang digunakan sebagai media pembelajaran dalam pembelajaran menulis ini menggunakan gambar rumpang. Gambar rumpang yang dimaksudkan yaitu memunculkan dua gambar pada enam kolom yang disediakan.
Media ini mempermudah siswa menemukan ide cerita tanpa membatasi imajinasi siswa dalam berkarya. Siswa bebas berimajinasi menentukan sendiri awal dan akhir cerita sesuai apa yang mereka pikirkan, dan mengembangkan cerita berdasarkan kerangka cerita yang sebelumnya disiapkan berdasarkan gambar rumpang yang disediakan.
Tahapan pembelajarannya sebagai berikut:
Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok mendapatkan gambar rumpang yang berbeda. Mereka mencermati rangkaian gambar rumpang yang diberikan.
Siswa ditugaskan memikirkan dan memprediksikan hal-hal berikut :
- Apa (yang sedang terjadi pada gambar?, yang terjadi sebelum gambar?, yang terjadi setelah gambar?
- Siapa (tokoh) yang mengalami?,
- Kapan, dimana, dan bagaimana peristiwa terjadi (alur)?,
- Bagaimana sikap dan perasaan mereka?
Secara individu siswa menuliskan pokok peristiwa pada kotak gambar yang masih rumpang atau kosong. Setiap siswa menulis pokok peristiwa yang berbeda-beda sesuai dengan imajinasi siswa saat melihat gambar rumpang yang ada.
Selanjutnya siswa mengembangkan pokok-pokok peristiwa tersebut menjadi sebuah cerita dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaanya cerita pendek/cerita inspiratif.
Terlihat hasil penulisan siswa jauh lebih panjang dengan ide cerita yang bervariasi setelah menggunakan media literasi visual. Siswa pun menjadi sangat terbantu dan tidak lagi mengalami kesuitan dalam menulis.
Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi menulis aspek bersastra di SMP kelas IX ditemukan pada materi menulis cerita pendek berdasarkan dari pengalaman dan peristiwa yang pernah dialami dengan memperhatikan struktur dan kebahasaannya pada semester pertama, dan mengungkapkan cerita inspiratif rasa simpati, empati, kepedulian dan perasaan dalam bentuk cerita inspiratif dengan memperhatikan struktur cerita dan aspek kebahasaan pada semester kedua.