Learner Autonomy vs Learning Loss

Pandemi yang datang hampir 2 tahun ini memporak porandakan segala lini kehidupan.
Terutama dunia pendidikan, dimana semua aktivitas yang dilakukan disekolah berpindah kerumah akibatnya banyak terjadi ketimpangan dan kesulitan baik dari guru, siswa dan orang tua.
Berbagai upaya di lakukan oleh guru dan sekolah untuk menghadirkan pembelajaran yang bermakna, berkesan dan mampu membuat peserta didik belajar dirumah.
Namun pada kenyataannya guru dan sekolah juga menghadapi kesulitan beberapa diantaranya kompetensi guru tentang tehnologi, kemampuan berkomunikasi dan kritikan dari orang tua.
Belum lagi masalah klasik yaitu sarana dan prasarana yang kurang mendukung.
Sementara disisi siswa ketidak hadiran sekolah secara fisik banyak mengakibatkan para peserta didik kehilangan kemampuan belajar atau yang lebih dikenal sebagai learning loss.
Salah satu solusi untuk menghadapi learning loss adalah menerapkan learner autonomy pada pembelajaran kita. Apa itu Learner Autonomy?
Secara singkat learner autonomy bisa diartikan sebagai pemberian tanggung jawab kepada peserta didik kita untuk mengatur bagaimana mereka ingin belajar, dan apa yang ingin mereka capai dalam pembelajaran.
Memang terkesan sulit terlebih untuk daerah –daerah yang kesadaran belajar mandirinya para peserta didik masih rendah.
Namun, inilah saat yang tepat untuk memperkenalkan Learner Autonomy kepada para peserta didik kita, karena sumber belajar bisa didapatkan dimana saja, kapan saja dan dari siapa saja.
Sekolah pada dasarnya hanya tempat resmi untuk memberikan pendidikan.
Bangkitkan semangat peserta didik kita akan pentingnya belajar mandiri karena dimasa yang akan datang kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi.
Berikan materi inti dan latihan – latihan (Law of Exercise) agar mereka bisa menemukan jawaban dan pengayaan materi secara mandiri.